Demi tercapainya tujuan pendidikan khususnya di Indonesia, dikembangkanla model model pembelajaran yang diadopsi dan di asimilasi dari berbagai sistem pendidikan di dunia. Salah satu konsep mengajar yang dilakukan di Indonesia yaitu model pembelajaran word square. Cara penyampaian materi secara deskriptif di muka kelas banyak dilakukan oleh pengajar di sekolah.
Model deskriptif tersebut tidak bisa murni dilakukan, karena model pembelajaran word square menurut para ahli masih harus dilakukan beberapa modifikasi. Maka dari itu, dikembangkanlah konsep ini dengan mengeksplorasi berbagai cara yang bisa dijadikan media word square, salah satunya yaitu dengan membuat soal seperti teka-teki silang seputar mata pelajaran.
Tujuan dari Model Pembelajaran Word Square
1. Melatih Pemahaman Peserta Didik
Dalam buku word square, aturan main ketika ingin menggunakan metode pembelajaran word square yaitu harus ada koordinasi yang baik antara murid dengan guru. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran maka murid harus kondusif dan menyimak apa yang disampaikan di muka kelas. Kemudian siswa berhak untuk mengajukan pertanyaan jika ada paparan yang kurang jelas.Kemudian setelah semua tersampaikan, pada jam mengjelang berakhirnya mata pelajaran, guru bisa memberikan beberapa rangkaian soal seputar materi yang baru saja disampaikan dalam bentuk teka-teki silang. Dengan begitu, daya tangkap dan daya ingat siswa bisa terukur. Hal ini juga bisa dijadikan sebagai salah satu cara evaluasi yang dilakukan pengajar kepada murid.
2. Melatih Disiplin
Kedisiplinan harus dilatih dan dilakukan secara terus-menerus baik di rumah ataupun di sekolah. Model pembelajaran yang bisa digunakan sebagai pelatih kedisiplinan yang dianggap cukup efektif yaitu metode word square. Karena ketika mengisi soal yang diberikan oleh guru, siswa harus bisa berpacu dengan waktu yang telah ditentukan.
Aturan mainnya, semua soal harus terisi dengan baik dan benar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sehingga, selain melatih kedisiplinan metode pembelajaran ini pun melatih kecepatan dan ketepatan berpikir pada siswa. Namun kelemahannya, metode ini tidak cocok diterapkan jika mayoritas siswa di kelas memiliki kecerdasan rata-rata.
3. Melatih Sikap Teliti Dan Kritis
Ketika mengisi soal yang berbentuk teka-teki silang, siswa secara tidak langsung diajak untuk berpikir secara cepat, tepat,teliti, dan kritis. Mereka harus bisa mengaitkan antara paparan materi dengan rangkaian soal yang ada. Namun ketika akan menerapkan metode pembelajaran ini, pengajar harus menyesuaikan tingkat kesulitan soal terlebih dahulu.Tata cara melaksanakan Model pembelajaran word square yang baik dapat dilihat pada buku referensi model pembelajaran word square baik di toko buku atau e-book pada internet. Sehingga, implementasi metode dapat diterapkan dengan tepat dan anak didik mampu mencapai tujuan pembelajaran secara merata.
4. Melatih Jiwa Kompetitif Antar Siswa
Saat guru memberikan rangkaian soal pada siswa dengan jumlah waktu yang sedikit, maka hal itu bisa membuat adrenalin peserta didik tertantang. Mereka bisa berlomba-lomba untuk segera menyelesaikan pertanyaan yang diberikan oleh guru secara optimal. Kemudian sebagai bahan motivasi, pengajar bisa memberikan reward bagi siswa yang bisa mengerjakan soal duluan.Namun saat seperti ini, sangat riskan terjadinya contek-menyontek bagi siswa yang tidak mampu mengerjakan soal dengan baik. Maka dari itu, pengajar sebaiknya bisa mengawasi siswa ketika sedang mengerjakan soal. Atau jika ada yang tertangkap tangan menyontek, maka siswa yang bersangkutan dapat diberikan hukuman yang wajar.
Simak Juga Pengertian Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran word square memiliki kelemahan dan kelebihan karena konsep tersebut masih dalam tahap penyempurnaan. Sebagai bahan referensi, pengajar bisa membaca buku model pembelajaran word square yang banyak tersedia di toko buku. Sehingga aplikasi konsep bisa dilakukan lebih variatif.
0 komentar:
Posting Komentar